Daerah terakhir sisa-sisa danau Bandung yang menjadi kering adalah Situ Aksan, yang pada tahun 1970-an masih merupakan danau tempat berpariwisata, tetapi saat ini sudah menjadi daerah perumahan untuk pemukiman.
Kota Bandung mulai dijadikan sebagai kawasan
pemukiman sejak pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, melalui Gubernur
Jenderalnya waktu itu Herman
Willem Daendels, mengeluarkan surat keputusan tanggal 25 September 1810
tentang pembangunan sarana dan prasarana untuk kawasan ini.
Dikemudian hari peristiwa ini diabadikan sebagai hari jadi kota
Bandung.
Kota Bandung secara resmi mendapat status gemeente (kota) dari Gubernur Jenderal J.B. van Heutsz pada tanggal 1 April 1906[11] dengan luas wilayah waktu itu sekitar 900 ha, dan bertambah menjadi 8.000 ha di tahun 1949, sampai terakhir bertambah menjadi luas wilayah saat ini.[12]
Pada masa perang kemerdekaan, pada 24 Maret 1946, sebagian
kota ini di bakar oleh para pejuang kemerdekaan sebagai bagian
dalam strategi perang waktu itu.
Peristiwa ini dikenal dengan
sebutan Bandung Lautan
Api dan diabadikan dalam lagu Halo-Halo Bandung.
Selain itu kota
ini kemudian ditinggalkan oleh sebagian penduduknya yang mengungsi
ke daerah lain.
Pada tanggal 18 April 1955 di Gedung Merdeka yang dahulu bernama "Concordia" (Jl. Asia Afrika, sekarang), berseberangan dengan Hotel Savoy Homann, diadakan untuk pertama kalinya Konferensi Asia-Afrika yang kemudian kembali KTT Asia-Afrika 2005 diadakan di kota ini pada 19 April-24 April 2005.